Selasa, 18 Juni 2013
Minggu, 09 Juni 2013
Diary qhu
Cerita qhu
cerita tentang sebahagian dari kehidupan qhu. Kata Bingung mungkin itu yang kurasa saat ini,,,, awalnya . qhu tak tau apakah salah qhu. cemo'oh'an & cacian mungkin juga itu sudah bisa qhu rasakhan & qhu dengar. qhu hanya bisa berdiam diri karena tidak ada tempat qhu tuk bercerita kepada mereka , mereka yang selama nich aq selalu ada buat mereka bahkan sedikit pun mungkin ta ada yang memperdulikan qhu,,,
hanya kepada allah semata qhu dapat menceritakan semua isi hatiqu,,, apa yang aq rasakan & aq jalani di keseharian qhu... mulai dari tentang orang tua, teman, sampai tentang yang namanya CINTA...
yach meskipun allah itu nggak langsung berbicara tapi aq tau allah itu maha melihat & maha mendengar...
aq nggak tau kenapa sebahagian teman" q ada yang tidak menyukai q. apa karena aq miskin, norak sampai kalian tak ingin berteman dengan q.... tapi q sadar akhan setiap manusia tak luput dari salah & dosa,, begitu pun aq,,
Disini kuluangkhan isi hati q karena mungkin inilah slah satu ekspresi hati q yang mungkin akhan melatih q untuk menjadi penulis,,, cita-cita q sebenarnya ingin jadi penulis & jurnalistik, tapi bagi q melihat semua orang yang aq sayang bahagia itu sudah lebih dari cukup bagi q,,,,
apalagi kebahagian orang tua q,,, q rela masa remaja q , q habiskan untuk mewujudkan keinginan & cita-cita orang tua q.
Meskipun hati q terkadang terluka , tapi q harus tetap kuat & tersenyum untuk membuat diri ini bangkit serta bersemangat menghadapi hari kedepannya yang mungkin jauh lebih menyakitkan..
eh ud dulu yach ....
Selasa, 04 Juni 2013
contoh surat lamaran
Jakarta, May 27, 2011
Attention:
Personel Manager of PT FAJAR KARYA INDAH Tbk.
Gedung PT. FAJAR KARYA INDAH Tbk. 2nd floor
Jl. Kemandoran Kav.27
Jakarta Barat
Dear Sir/Madam,
Refer to your requirement advertised in Kompas May 27 2011, I am interested to joint and to contribute with your respected company.
I am twenty-six years of age, single and in good health condition. I was graduated from AA YKPN, Yogyakarta in 2003. My scholastic record is satisfactory and also skilled at Accounting duties. I am be able to use English both oral and written, computer literate, able to use MS Office package such as MS Excel, MS Word, MS PowerPoint, MS OutLook and Internet, also familiar with English Correspondences and Administration duties.
Now, I am working as Accounting Staff at PT. SURYA PERKASA. I am willing to learn and work very well with others and anxious to put my knowledge into practical. Enclosed is my resume and latest photograph for your review and considerations.
I hope you will grant me an interview and the opportunity to give you more details about my self.Yours faithfully,Lukas Gentara
Minggu, 05 Mei 2013
Rabu, 01 Mei 2013
Alien
"Kerangka Alien Cile yang menyisakan Misteri"
Kerangka
yang menyerupai alien, dijuluki "Atacama Humanoid (Ata)", ditemukan pada
tahun 2003 di La Noria, Gurun Atacama, Cile. Sempat 10 tahun diduga
sebagai alien, identitas kerangka tersebut baru-baru ini terungkap.
Kerangka itu ternyata bukan alien, tetapi manusia.
Permasalahan baru kini muncul. Meski identitas kerangka tersebut telah terkuak, apa yang terjadi padanya belum diketahui. Bagaimana bisa kerangka milik seorang anak yang meninggal di usia antara 6-8 tahun hanya memiliki panjang 15 cm?
Observasi pada kerangka menunjukkan beberapa kelainan. Misalnya, jumlah tulang rusuk pada kerangka tersebut hanya 10, bukan 12 seperti normalnya manusia. Sementara bagian tengkorak kerangka tersebut punya bentuk kerucut dan bagian wajah dan rahangnya pun tak berkembang baik.
Analisis DNA telah dilakukan. Meski punya 9 persen perbedaan dengan DNA manusia, peneliti meyakini bahwa kerangka itu memang manusia. Sementara analisis DNA mitokondria menunjukkan, pemilik kerangka itu adalah keturunan seorang perempuan asli Cile.
Peneliti berupaya mencari apa yang terjadi anak yang kini telah menjadi kerangka itu. Peneliti menduga bahwa anak itu mengalami kekerdilan. Namun, secara genetik, peneliti tidak menemukan mutasi yang terkait dengan kekerdilan purba atau bentuk kekerdilan lain.
Garry Nolan, profesor mikrobiologi dan imunologi dari Stanford School of Medicine, seperti dikutip Livescience, Selasa (30/4/2013), mengatakan, jika ada basis genetik dari kelainan pada kerangka tersebut, itu tidak ditunjukkan pada level analisis saat ini.
Sementara Ralph Lachman, prosefor medis dari Stanford University, menegaskan, tidak ada bentuk kekerdilan yang sesuai dengan anomali yang ditemukan pada spesimen kerangka ini. Apa yang terjadi pada Ata masih merupakan misteri.
Permasalahan baru kini muncul. Meski identitas kerangka tersebut telah terkuak, apa yang terjadi padanya belum diketahui. Bagaimana bisa kerangka milik seorang anak yang meninggal di usia antara 6-8 tahun hanya memiliki panjang 15 cm?
Observasi pada kerangka menunjukkan beberapa kelainan. Misalnya, jumlah tulang rusuk pada kerangka tersebut hanya 10, bukan 12 seperti normalnya manusia. Sementara bagian tengkorak kerangka tersebut punya bentuk kerucut dan bagian wajah dan rahangnya pun tak berkembang baik.
Analisis DNA telah dilakukan. Meski punya 9 persen perbedaan dengan DNA manusia, peneliti meyakini bahwa kerangka itu memang manusia. Sementara analisis DNA mitokondria menunjukkan, pemilik kerangka itu adalah keturunan seorang perempuan asli Cile.
Peneliti berupaya mencari apa yang terjadi anak yang kini telah menjadi kerangka itu. Peneliti menduga bahwa anak itu mengalami kekerdilan. Namun, secara genetik, peneliti tidak menemukan mutasi yang terkait dengan kekerdilan purba atau bentuk kekerdilan lain.
Garry Nolan, profesor mikrobiologi dan imunologi dari Stanford School of Medicine, seperti dikutip Livescience, Selasa (30/4/2013), mengatakan, jika ada basis genetik dari kelainan pada kerangka tersebut, itu tidak ditunjukkan pada level analisis saat ini.
Sementara Ralph Lachman, prosefor medis dari Stanford University, menegaskan, tidak ada bentuk kekerdilan yang sesuai dengan anomali yang ditemukan pada spesimen kerangka ini. Apa yang terjadi pada Ata masih merupakan misteri.
Sumber :http://sains.kompas.com/read/2013/05/01/08345381/Kerangka.Alien.Cile.Menyisakan.Misteri
Senin, 29 April 2013
Terjadinya Pelangi
"Pelangi"
Apakah kamu pernah menyadari bahwa pelangi merupakan fenomena alam yang terjadi
dengan proses fisika yang sangat menarik untuk dipelajari. Maka, di sini
akan di jelaskan bagaimana paoses terjadinya pelangi itu.
Pelangi merupakan suatu busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Pelangi adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras. Akan tetapi, sebagian orang banyak yang mengira bahwa terjadinya pelangi dikarenakan oleh selendang-selendang dari para bidadari langit yang turun setelah selesai hujan turun.
Namun, Berdasarkan teori fisika pelangi itu berasal dari pembiasan air hujan yang terkena sinar matahari & biasanya fenomena ini terjadi ketika udara sangat panas tetapi hujan turun rintik-rintik. Kita dapat melihat jelas fenomena ini, jika kita berdiri membelakangi cahaya matahari. Pelangi dapat pula terbentuk karena udara berkabut atau berembun.
Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai sebuah peristiwa pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses diuraikannya satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya (disebut juga spektrum warna), melalui suatu media/ medium tertentu pula.
Pada pelangi, proses berurainya warna terjadi ketika cahaya matahari yang berwarna putih terurai menjadi spektrum warna melalui media air hujan. Adapun spektrum warna yang terjadi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Fenomena pelangi dapat pula terjadi di sekitar air terjun. Percikan air di sekitar air terjun menjadi media untuk menguraikan warna dari cahaya matahari yang bersinar.
Proses Terjadinya Pelangi
Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.
Pelangi merupakan suatu busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Pelangi adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras. Akan tetapi, sebagian orang banyak yang mengira bahwa terjadinya pelangi dikarenakan oleh selendang-selendang dari para bidadari langit yang turun setelah selesai hujan turun.
Namun, Berdasarkan teori fisika pelangi itu berasal dari pembiasan air hujan yang terkena sinar matahari & biasanya fenomena ini terjadi ketika udara sangat panas tetapi hujan turun rintik-rintik. Kita dapat melihat jelas fenomena ini, jika kita berdiri membelakangi cahaya matahari. Pelangi dapat pula terbentuk karena udara berkabut atau berembun.
Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai sebuah peristiwa pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses diuraikannya satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya (disebut juga spektrum warna), melalui suatu media/ medium tertentu pula.
Pada pelangi, proses berurainya warna terjadi ketika cahaya matahari yang berwarna putih terurai menjadi spektrum warna melalui media air hujan. Adapun spektrum warna yang terjadi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Fenomena pelangi dapat pula terjadi di sekitar air terjun. Percikan air di sekitar air terjun menjadi media untuk menguraikan warna dari cahaya matahari yang bersinar.
Proses Terjadinya Pelangi
Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.
Pelangi tidak lain adalah busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Ketika cahaya matahari melewati butiran air, ia membias seperti ketika melalui prisma kaca. Jadi di dalam tetesan air, kita sudah mendapatkan warna yang berbeda memanjang dari satu sisi ke sisi tetesan air lainnya. Beberapa dari cahaya berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh pada tetesan air, kembali dan keluar lagi dari tetesan air.
Cahaya keluar kembali dari tetesan air ke arah yang berbeda, tergantung pada panjang gelombangnya. Perbedaan panjang gelombang ini, akan memunculkan warna-warna pada pelangi yang tersusun dengan merah di paling atas dan ungu di paling bawah pelangi.
Pelangi hanya dapat dilihat saat hujan bersamaan dengan matahari bersinar, tapi dari sisi yang berlawanan dengan si pengamat. Posisi si pengamat harus berada di antara matahari dan tetesan air dengan matahari dibekalang orang tersebut. Matahari, mata si pengamat dan pusat busur pelangi harus berada dalam satu garis lurus.
Kamis, 25 April 2013
Sejarah Kota Medan, Sumatera Utara
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba.
Menurut Tengku Lukman Sinar, SH
dalam bukunya “Riwayat Hamparan Perak” yang terbit tahun 1971, yang
mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk
Hamparan Perak (Dua Belas Kota) dan Datuk Sukapiring, yaitu dua dari
empat kepala suku Kesultanan Deli.
John Anderson, seorang pegawai
Pemerintah Inggeris yang berkedudukan di Penang, pernah berkunjung ke
Medan tahun 1823. Dalam bukunya bernama “Mission to the Eastcoast of
Sumatera”, edisi Edinburg tahun 1826, Medan masih merupakan satu kampung
kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Di pinggir sungai sampai ke
tembok Mesjid kampung Medan, ada dilihatnya susunan batu-batu granit
berbentuk bujur sangkar yang menurut dugaannya berasal dari Candi Hindu
di Jawa.
Menurut legenda, dizaman
dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli Lama kira-kira 10 km dari
kampung Medan, di Deli Tua sekarang seorang putri yang sangat cantik dan
karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan puteri itu
tersohor kemana-mana, mulai dari Aceh sampai ke ujung utara Pulau
Jawa.Sultan Aceh jatuh cinta pada puteri itu dan melamarnya untuk
dijadikan permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh kedua
saudara laki-laki Putri Hijau. Sultan Aceh sangat marah karena
penolakannya itu dianggap sebagai penghinaan terhadap dirinya. Maka
pecahlah perang antara kesultanan Aceh dan kesulatanan Deli.
Menurut legenda yang tersebut di
atas, dengan mempergunakan kekuatan gaib, seorang dari saudara Putri
Hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan yang seorang lagi sebagai
sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga
akhir hayatnya.
Kesultanan Deli Lama
mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa, Putera
mahkota yang menjelma menjadi meriam itu, meledak bagian belakangnya
terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo,
kira-kira 5 km dari Kabanjahe.Pangeran yang seorang lagi yang telah
berubah menjadi seekor ular naga itu, mengundurkan diri melalui satu
saluran dan masuk ke dalam Sungai Deli disatu tempat yang berdekatan
dengan Jalan Putri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya ke Selat
Malaka dari tempat ia meneruskan perjalanannya yang terakhir di ujung
Jambo Aye dekat Lok Seumawe, Aceh.Putri Hijau ditawan dan dimasukkan
dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal untuk seterusnya
dibawa ke Aceh.Ketika kapal sampai di ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon
diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas
permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu
telur. Permohonan tuan Putri itu dikabulkan.
Tetapi, baru saja upacara
dimulai, tiba-tiba berhembus angin ribut yang maha dahsyat disusul oleh
gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncul abangnya
yang telah menjelma menjadi ular naga itu dengan menggunakan rahangnya
yang besar itu, diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya
masuk ke dalam laut.
Legenda ini sampai sekarang
masih terkenal dikalangan orang-orang Deli dan malahan juga dalam
masyarakat Melayu di Malaysia. Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan
benteng dari Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedangkan sisa
meriam, penjelmaan abang Putri Hijau, dapat dilihat di halaman Istana
Maimun, Medan.
Kota Medan Pada Masa Penjajahan Jepang
Tahun 1942 penjajahan Belanda
berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah
seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera Jepang
mendarat di Sumatera Timur.
Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang berpangkalan
di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapore, tepatnya mereka
mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari Divisi
Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung
oleh Letjend. Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni
Sabang, Ulele, Kuala Bugak (dekat Peurlak Aceh Timur sekarang) dan
Tanjung Tiram (kawasan Batubara sekarang).
Pasukan tentara Jepang yang
mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk ke Kota Medan,
mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat disekitarnya secara
barter. Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena
mereka adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan
menyambut kedatangannya.
Ketika peralihan kekuasaan
Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau, orang pribumi
mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda.
Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan
pasukannya yang bernama “ Kempetai “ (Polisi Militer Jepang). Dengan
masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama
pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut “Gemeente Bestuur “
oleh Jepang dirobah menjadi “Medan Sico“ (Pemerintahan Kotapraja). Yang
menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu
hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi. Untuk tingkat
keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen disebut
Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen
disebut dengan Gunseibu.
Penguasaan Jepang semakin
merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat semakin papa, karena
dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai
seluruh Nusantara, semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja.
Disebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun
Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Dikawasan Titi Kuning Medan
Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka
membangun landasan pesawat tempur Jepang.
sumber: http://pandri-16.blogspot.com/2011/02/sejarah-kota-medan-sumut.html
Kenangan tentang sahabat ku
My Album with My friends
“Sahabat adalah dia yang tahu apa yang dia miliki ketika bersamamu,
bukan dia yang menyadari siapa dirimu setelah dia kehilanganmu.”
“Sahabat adalah mereka yang tahu semua kekuranganmu, namun tetap memilih bersamamu ketika orang lain meninggalkanmu.”
“Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda
bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu
meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya”
Teman itu seperti bintang Tak selalu nampak Tapi selalu ada dihati,
Sahabat akan selalu menghampiri ketika seluruh dunia menjauh Karena
persahabatan itu seperti tangan dengan mata Saat tangan terluka, mata
menangis Saat mata menangis, tangan menghapusnya”
Album Danau Kelapa Gading Kisaran With My Friends
Persahabatan
Begitu indah sebuah arti persahabatan sejati yang selalu mengukir kisah indah bersama teman. Sahabat ada disaat kita sedih, senang, suka maupun duka. sahabat dapat menjadi sebuah tangan lembut yang dapat menghapus air mata ketika kita menangis...sahabat selalu menjadi teman cerita dalam hidup kita dan sahabat mengajarkan kepada kita akan berartinya orang lain bagi diri kita... sahabat juga mengajarkan kita sebuah kekompakan. Sahabat-sahabat ku yang terukir dalam album ini adalah sahabat ku yang pernah aku dapat ketika aku duduk di bangku kuliah semester 1 di kelas MI-BIS B di kampus AMIK INTeL Com Kisaran..
Bersama mereka ku t'lah mengukir begitu banyak cerita, tawa, serta berbagi kesedihan dengan mereka...
Berjuta tawa dan waktu yang ku habis kan bersama mereka dan di danau buatan ini lah tempat terakhir ku mengukir tawa dan canda bersama mereka ....
baju jas merah ini lah yang menambah kemeriahan suasana hari-hari kami saat kami berada di danau kelapa gading ini...
Dihiasi taman yang indah dan danau buatan nan cantik dan elok...
nah, teman-teman ku ada yang namanya kak robiah, kak widya, kak sartika, kak appria, kak parlina, kak novi, kak ayu, kak agus, kak ainy, kak kholidah, kak ramah, kak jali, kak fitri, kak nuri, kak prasetya, kak putri, kak ira, kak susi, dan kak deni....
“Sahabat adalah seseorang yang datang ketika seluruh dunia meninggalkanmu”
“Sahabat yang baik adalah orang yang sangat kita percayai dan membuat kita tenang bersamanya. Dia menjadi tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan dan tidak pernah menjual rahasia diri kita”
Senin, 15 April 2013
Kabar Penemuan Luar Angkasa
Meteor jatuh kembali terlihat di sisi timur Amerika
Reporter : Alvin Nouval
Sabtu, 23 Maret 2013 14:03:00
Tepat tanggal 23 Maret 2013 dihari sabtu, Dunia dikejutkan oleh sebuah serangan meteor yang terlihat disisi timur bagian Negara Amerika Serikat. berdasarkaan peliputan yang dilakukan oleh NBC News (22/3), benda yang diduga meteor
jatuh ini tertangkap oleh sebuah kamera amatir salah seorang penduduk.
Setelah merekam kejadian tersebut, video ini kemudian diunggah ke
YouTube dan sempat menjadi hits di AS.
Dalam video tersebut, para analis mengatakan bahwa bisa jadi benda
yang jatuh tersebut adalah meteor. "Dilihat dari kecerahannya, kita
berhadapan dengan benda yang memiliki sinar sama dengan bulan purnama.
Ukurannya diperkirakan sepanjang satu meter. Benda tersebut adalah batu
angkasa yang jatuh di timur laut," kata Bill Cooke dari Meteoroid
Environmental Office, NASA.
sumber :http://www.merdeka.com/teknologi/meteor-jatuh-kembali-terlihat-di-sisi-timur-amerika.html
Kamis, 11 April 2013
Selasa, 09 April 2013
Senin, 08 April 2013
Cerita Tentang Persahabatan
"Sahabat-sahabat qhu"
Begitu banyak cerita tentang sahabat-sahabat qhu,,, Sahabat qhu ketika di rumatinh, di sekolah, di kampus.... beribu tawa & kesedihan yang sudah aq lukis bersama sahabat-sahabat qhu,,, tetapi sayang, sahabat-sahabat qhu yang lain mungkin sebagian sudah ada yang melupakan qhu,,,
Hanya yang tertirnggal kenangan-kenangan yang sampai sekarang masih hangat terasa . qhu tak menginginkan apa-apa dari sahabat qhu. bagi qhu lukisan tawa yang qhu ukir bersama sahabat-sahabat qhu itu sudah lebih dari cukup. qhu punya suatu harapan, apabila qhu t'lah tiada nanti hanya 1 yang qhu inginkan " kalian akan selalu mengingat & mengenang qhu sebagai sahabat-sahabat kalian.
Qhu sangat merindukan saat kebersamaan qhu bersama sahabat-sahabat qhu. Qhu dapat bangkit dari kesedihan itu semua berkat semangat dari sahabat-sahabat qhu. Qhu dapat meraih Prestasi qhu itu juga karena semangat & dukungan dari sahabat-sahabat qhu,,,,,
Akan tetapi sebagian dari orang ada yang menyia-nyiakan sahabatnya, hanya dengan 1 ego & amarah yang menyebabkan ia kehilangan sahabatnya sendiri.
Tetapi qhu tak ingin menjadi orang yang selalu dikuasai oleh Ego & amarah qhu,, qhu ingin menjadi tangan yang lembut untuk menghapus airmata dari semua sahabat qhu ketika mereka menangis. Qhu ingin menjadi selimut yang hangat ketika sahabat qhu didalam masalah yang merindukan sebuah perhatian & kasih sayang.
Qhu ingin menjadi air yang mengalir ketika para sahabat qhu merasakan kehausan & qhu ingin menjadi makanan unuk sahabat qhu ketika mereka lapar.
pesan untuk sahabat qhu " Aq sayang kalian semuanya......
Rabu, 03 April 2013
Selasa, 02 April 2013
Senin, 01 April 2013
Minggu, 31 Maret 2013
Belajar Membuat Script dalam Program Borland C++
Belajar Membuat Script Program Undian Tak Berhadiah
Gays,,, ini adalah script buatan aq. ini adalah script dari program undian yang menampilkan hadiah sesuai dengan kode kupon tertentu ,,,, nah , penasaran kan dengan kode kuponnya,,,
dengan program ini juga kita dapat mengasah daya pikir kita dan dapat bermain teka-teki lho teman-teman,,,,,
Ayooo temukan kode kuponnya dan menangkan hadiahnya...
seru lho...
ets,,, tp hadiahnya dalam program z yach,,,, ^_^
#include<iostream.h>
#include<conio.h>
void main ()
{
int nomor_undian;
clrscr();
cout<< " **************************************************" <<endl;
cout<< " ## Undian Berhadiah Grand Prize Mobil BMW INOVA ##" <<endl;
cout<< " **************************************************" <<endl;
cout<< " " <<endl;
cout<< " ##**********************************************##" <<endl;
cout<< " Silahkan masukan nomor undian anda..... " <<endl;
cout<< " ##**********************************************##" <<endl;
cout<< " " <<endl;
cout<< " nomor undian : ";
cin>> nomor_undian;
//proses seleksi
if(nomor_undian==123)
cout<< "Laptop Acer"<<endl;
else if (nomor_undian==234)
cout<< "Ipad Phone"<<endl;
else if (nomor_undian==345)
cout<< "TV Thosiba"<<endl;
else if (nomor_undian==456)
cout<< "Lemari es LG"<<endl;
else if (nomor_undian==567)
cout<< "Sepeda Motor suzuki 125D"<<endl;
else if (nomor_undian==678)
cout<< "Yamaha Mio"<<endl;
else if (nomor_undian==789)
cout<< "Komputer PC DELL"<<endl;
else if (nomor_undian==99)
cout<< "Mobil BMW INOVA"<<endl;
else if (nomor_undian==1)
cout<< "Handphone"<<endl;
else if (nomor_undian==89)
cout<< "Tiket Liburan Ke hongkong"<<endl;
else
cout<< "Maaf Anda Belum Beruntung"<<endl;
getch();
}
by: karya ryry kelas MI BIS MALAM_jurusan Manajemen Informatika AMIK INTeL Com GLOBAL INDO KISARAN, SUMATERA UTARA
Gays,,, ini adalah script buatan aq. ini adalah script dari program undian yang menampilkan hadiah sesuai dengan kode kupon tertentu ,,,, nah , penasaran kan dengan kode kuponnya,,,
dengan program ini juga kita dapat mengasah daya pikir kita dan dapat bermain teka-teki lho teman-teman,,,,,
Ayooo temukan kode kuponnya dan menangkan hadiahnya...
seru lho...
ets,,, tp hadiahnya dalam program z yach,,,, ^_^
#include<iostream.h>
#include<conio.h>
void main ()
{
int nomor_undian;
clrscr();
cout<< " **************************************************" <<endl;
cout<< " ## Undian Berhadiah Grand Prize Mobil BMW INOVA ##" <<endl;
cout<< " **************************************************" <<endl;
cout<< " " <<endl;
cout<< " ##**********************************************##" <<endl;
cout<< " Silahkan masukan nomor undian anda..... " <<endl;
cout<< " ##**********************************************##" <<endl;
cout<< " " <<endl;
cout<< " nomor undian : ";
cin>> nomor_undian;
//proses seleksi
if(nomor_undian==123)
cout<< "Laptop Acer"<<endl;
else if (nomor_undian==234)
cout<< "Ipad Phone"<<endl;
else if (nomor_undian==345)
cout<< "TV Thosiba"<<endl;
else if (nomor_undian==456)
cout<< "Lemari es LG"<<endl;
else if (nomor_undian==567)
cout<< "Sepeda Motor suzuki 125D"<<endl;
else if (nomor_undian==678)
cout<< "Yamaha Mio"<<endl;
else if (nomor_undian==789)
cout<< "Komputer PC DELL"<<endl;
else if (nomor_undian==99)
cout<< "Mobil BMW INOVA"<<endl;
else if (nomor_undian==1)
cout<< "Handphone"<<endl;
else if (nomor_undian==89)
cout<< "Tiket Liburan Ke hongkong"<<endl;
else
cout<< "Maaf Anda Belum Beruntung"<<endl;
getch();
}
by: karya ryry kelas MI BIS MALAM_jurusan Manajemen Informatika AMIK INTeL Com GLOBAL INDO KISARAN, SUMATERA UTARA
Senin, 25 Maret 2013
LEGENDA
KISARAN NAGA
Kisaran adalah ibukota Kabupaten Asahan,
Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari ibu kota
Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kisaran meliputi dua kecamatan
yaitu: Kota Kisaran Barat dan Kota Kisaran Timur. Kisaran selain
dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera juga terletak di jalur KA
Sumatera bagian utara.
Dengan mempertimbangkan posisi yang lebih strategis, maka pada tanggal 20 Mei 1968, melalui PP Nomor 19 Tahun 1980, ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kota Tanjung Balai ke Kota Kisaran. Status Kisaran sebelumnya adalah kota administratif, yang kemudian dihapuskan menjadi kecamatan biasa pada tahun 2003 karena tidak memenuhi persyaratan peningkatan daerah otonom.
Dengan mempertimbangkan posisi yang lebih strategis, maka pada tanggal 20 Mei 1968, melalui PP Nomor 19 Tahun 1980, ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kota Tanjung Balai ke Kota Kisaran. Status Kisaran sebelumnya adalah kota administratif, yang kemudian dihapuskan menjadi kecamatan biasa pada tahun 2003 karena tidak memenuhi persyaratan peningkatan daerah otonom.
Asal Mula Nama ”Kisaran”
Menurut
buku Cerita Rakyat: ”Legenda Kisaran Naga” yang dikarang oleh
Bapak. R. Sutrisman,
M.E.S.Sos. bahwa nama Kisaran diambil dari sebuah perkampungan yang
disebut Kampung Kisaran Naga.
”pada suatu hari hujan turun sangat lebat, petir sambung menyambung, angin topan bertiup sangat kencang, kayu ara dan pohon kelapa di tepi sungai bertumbangan. Sehingga orang-orang kampung pun berhamburan keluar rumah karena takut tertimpa pohon yang roboh . air-air sungai mendadak naik sampai ke bibir sungai. Dalam kepanikan itu tiba-tiba salah seorang warga melihat ada makhluk yang berkisar-kisar di bawah timbunan pepohonan yang tumbang. Dan rumput kelayau pun terkuak seolah-olah ada yang membuka. Ia pun berteriak ”naga berkisar,....naga berkisar.....” orang kampung pun segera mendekati orang yang berteriak tersebut. ”mana ular naganya??” orang yang pertama melihatpun menunjuk ke arah tumpukan pepohonan yang tumbang ”itu........., tengoklah”. Mereka melihat dengan jelas seekor ular besar seperti naga tubuhnya bahkan lebih besar dari pohon durian tua dan sangat panjang. Tubuh ular itu sudah berselimut, bahkan rumput-rumputan sudah tumbuh di atasnya. Ular naga itu terus bergerak berkisar dengan mengibas-ngibaskan ekornya untuk menyingkirkan pepohonan yang menimpa tubuhnya. Lalu ia menuju ke sungai yang sudah meluap dan menghanyutkan diri ke hilir sungai silau, sampai ke muara sungai Asahan di Tanjung Balai.Itulah sekelumit dongeng asal mula nama ”Kisaran”
”pada suatu hari hujan turun sangat lebat, petir sambung menyambung, angin topan bertiup sangat kencang, kayu ara dan pohon kelapa di tepi sungai bertumbangan. Sehingga orang-orang kampung pun berhamburan keluar rumah karena takut tertimpa pohon yang roboh . air-air sungai mendadak naik sampai ke bibir sungai. Dalam kepanikan itu tiba-tiba salah seorang warga melihat ada makhluk yang berkisar-kisar di bawah timbunan pepohonan yang tumbang. Dan rumput kelayau pun terkuak seolah-olah ada yang membuka. Ia pun berteriak ”naga berkisar,....naga berkisar.....” orang kampung pun segera mendekati orang yang berteriak tersebut. ”mana ular naganya??” orang yang pertama melihatpun menunjuk ke arah tumpukan pepohonan yang tumbang ”itu........., tengoklah”. Mereka melihat dengan jelas seekor ular besar seperti naga tubuhnya bahkan lebih besar dari pohon durian tua dan sangat panjang. Tubuh ular itu sudah berselimut, bahkan rumput-rumputan sudah tumbuh di atasnya. Ular naga itu terus bergerak berkisar dengan mengibas-ngibaskan ekornya untuk menyingkirkan pepohonan yang menimpa tubuhnya. Lalu ia menuju ke sungai yang sudah meluap dan menghanyutkan diri ke hilir sungai silau, sampai ke muara sungai Asahan di Tanjung Balai.Itulah sekelumit dongeng asal mula nama ”Kisaran”
Lihat Sejarah Kota Kisaran Yuk guys!!!!!!...
Ini Cerita Kota Kisaran ku
Misteri Gua di Bukit Katarina kisaran asahan
Bukit
Katarina adalah nama sebuah bukit kecil di kawasan Kelurahan Sei
Renggas, Kec. Kisaran Barat, Kab. Asahan, Sumatera Utara. Lokasi ini
tidak jauh dari RS. Ibu Kartini, dan berada di dalam areal HGU PT.
Bakrie Sumatera Plantations (BSP) di tepi Sungai Silau. Oleh sebab itu,
dibukit ini terdadapat tanaman pohon karet perkebunan milik PT. BSP.
Nama bukit Katarina itu sendiri menurut cerita dari mulut kemulut
diambil dari nama RS. Ibu Kartini yang dulunya sering disebut dengan
nama RS. Katarina. Konon, untuk pertama kalinya dokter di RS itu bernama
Dokter Chatherine yang ditugaskan dari negeri Belanda. Jika
dilihat sepintas, bukit Katerina merupakan gundukan tanah biasa yang
tingginya mencapai kurang lebih 50 meter. Tempat ini sepertinya tidak
terdapat hal-hal yang aneh atau luar biasa. Bahkan, ketika terjadi gempa
Nias, Sumatera Utara pada malam hari, sekitar pukul 23.00 wib, beberapa
tahun yang lalu, terdengar pula isu tsunami di wilayah Asahan. Tak
ayal, bukit Katerina menjadi tujuan masyarakat Kisaran dan sekitarnya
sebagai tempat mengungsi. Sehingga bukit tersebut penuh sesak dengan
warga masyarakat. Padahal isyu tsunami hanya isapan jempol, yang sengaja
dihembuskan untuk menciptakan suasana keruh dengan maksud agar
masyarakat dilanda kepanikan.
Memang, tidak banyak yang tahu
bahwa ternyata bukit Katerina menyimpan misteri yang hingga saat ini
belum terpecahkan. Bagi seorang yang memiliki kemampuan spiritual
linuwih, atau yang memiliki indera keenam, pasti akan meresakan sesuatu
yang berbeda bila melawati temoat ini.
Menurut kisah yang sudah ada sejak turun-temurun, pada sekitar abad XVII, bukit Katerina adalah tempat bertempurnya panglima perang kerajaan Cina dengan Raja Maria Pane ke-7 dari Buntu Pane Asahan, bernama Datuk Daurung. Kemudian setelah bertarung adu kesaktian, tidak ada yang kalah dan menang, maka masing-masing mengeluarkan aji pamungkas, yaitu menjelma menajdi seekor ular naga dan ikan dundung. Keduanya lalu terjun ke sungai Silau. Mereka bertempur dengan mengandalkan kesaktian masing-masing. Akan tetapi, ular naga jelmaan Panglima Perang Cina dapat dipukul jatuh, tertusuk sanai (patil) dari ikan dundung jelmaan Datuk Daurung. Naga itu meraung-raung menahan sakit dan menggelepar, yang akhirnya terkulai hanyut dan terkapar di hilir sungai Silau tidak seberapa jauh dari bukit itu. Setelah ratusan tahun kemudian, menurut cerita secara turun temurun dan sudah menjadi semacam legenda di masyarakat, ular naga jelmaan Panglima Perang Cina siuman dari pingsannya yang cukup lama. Diiringi hujan lebat, petir sambung menyambung sehingga terjadilah banjir besar.
Kemudian ular naga tersebut berkisar-kisar (berenang-renang) dan menghanyutkan diri menelusuri Sungai Silau sampa sungai Asahan di kota Tanjung Balai). Selanjutnya menuju ke Selat Malaka.
Perkampungan di kawasan tempat naga berkisar tersebut akhirnya disebut dengan nama Kampung Kisaran Naga. Sekarang menjadi Kelurahan Kisaran Naga dan kota yang berada di dekat sungai Silau disebut dengan nama Kisaran, sebagai ibukota Kabupaten Asahan.
Memang, hingga saat ini tidak ada yang mengetahui secara pasti, kapan perkampungan itu mulai disebut dengan nama Kisaran Naga, demikian juga nama Kisaran.Kembali ke bukit Katerina, Tim Jelajah Misteri mendapat penjelasan dari Sukino, seorang buruh kebun Tanah Raja yang pernah menjalani rawat inap selama 14 hari di RS, Ibu Kartini pada tahun 1971.
Sukini berkisah. Saat itu, kebetulan malam Jum’at. Dia bermimpi didatangi seorang laki-laki gagah perkasa berpakaian seragam kebesaran Cina. Kemudian diajak masuk ke istana di bawah bukit Katerina.Bibir Sukino berdecak kagum karena istana tersebut sangat indah, diterangi lampu-lampu gemerlapan, dengan hiasan istana bertatahkan ratna mutu manikam.Kepada Misteri, Sukino menceritakan. Dirinya disambut cukup hormat oleh punggawa dan dayang-dayang istana. Kemudian dipersilahkan duduk di atas permadani lembut. Distu talah tersedia pula bermacam ragam makanan yang tampaknya cukup lezat dan mengundang selera makan.“Selama berada di istana gaib di bawah Bukit Katerina, rasanya saya tidak ingin pulang karena suasana di ruangan itu sangat indah dan nyaman. Apalagi didampingi wanita-wanita muda belia yang cantik rupawan,” cerita Sukirno.
Namun, ketika akan mengambil makanan yang terhidang, tiba-tiba seperti ada kekuatan gaib yang menarik tubuhnya ke luar dari istana. Di saat itulah, dia terbangun dan yang ada hanya ruangan rumah sakit yang sepi. Hanya ditemani beberapa orang pasien lain yang tertidur pulas.
Jam dinding menunjukkan 03.15 wib. Sukirno merasa bersyukur tidak sempat menyantap makanan di istana itu. “Jika tidak, mungkin saya akan terus berada di bawah bukit Katerina menjadi budak dedemit yang tidak lain adalah makhluk halus penjaga Gua Bukit itu,” tambahnya mengenang mimpi 36 tahun silam itu.
April lalu, Misteri bersama Adi Sunarto coba menelusuri lebih jauh kemisteriusan gua di bukit Katerina itu, dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana keangkerannya. Di perapatan Simpang Kartini, persisnya persimpangan jalan Lintas Sumatera menuju kota Pematang Siantar, kami berhenti makan di sebuah warung kecil. Tak lama kemudian, datang seorang lelaki tua yang kami taksir berusia hampir 80-an, singgah di warung yang sama. Bahkan kami diajak mampir ke rumahnya.
Tawaran kakek Samudi, demikian kami memanggilnya, untuk mampir, tentu tidak kami sia-siakan.
“Mungkin dari kakek tua itu kita mendapat informasi tentang misteri Bukit Katerina,” ujar Adi Sunarto.
Kakek Samudi mengendarai sepeda bututnya, sementara kami mengendarai sepeda motor menuju rumahnya.
“Bila sudah lihat rumah kecil berdinding papan, atap nipah dan di depannya ada pohon bunga kenanga, di sebelah kiri jalan, itulah rumah saya,” kata kakek Samudi sambil mengayuh sepedanya.
Sudah tentu kami melaju lebih dahulu meninggalkan kakek tua itu. Akan tetapi, kami tak habis pikir, setelah kami melihat sebuah rumah tua dan sederhana seperti dijelaskan kakek Samudi, ternyata orang tua itu sudah menunggu di depan pintu. Sepeda bututnya disandarkan di sebuah tunggul pohon kelapa di samping rumahnya.
Misteri dan Adi Sunarto hampir tidak percaya apakah yang ada di depan pintu adalah benar kakek tua itu adanya. Adi Sunarto membelokkan motornya ke rumah tua itu. Dan benar, yang sudah menanti kedatangan kami di depan pintu adalah kakek Samudi.
Misteri bertanya dalam hati, ilmu apa yang digunakan kakek tua itu hingga dapat mendahului kendaraan yang kami naiki? Sementara kami sendiri tidak melihat kapan dia mendahului kami.
“Silahkan masuk ke gubuk saya!” Ajak kakek Samudi mempersilakan.
Masih dengan rasa heran bercampur takjub, kami masuk ke rumah sangat sederhana berukuran 5x7 meter, dinding papan yang sudah lapuk, lantai tanah dan atap nipah itu
Di ruang tamu yang kecil dan sempit, ada sepasang kursi rotan yang reot, di depannya terdapat sebuah meja terbuat dari papan yang sudah mulai dimakan rayap. Kami memandangi beberap foto kusam terpajang di dinding.
Ketika kami tengah asyik melihat foto sepasang pengantin sedang duduk di pelaminan, kakek Samudi tiba-tiba berujar, “Itu gambar kami sewaktu jadi pengantin.”
Tanpa peduli pada keterkejutan kami, dia lalu duduk sambil meletakkan tiga gelas air putih. Untuk menutupi keterkejutan kami, Adi Sunarto memuji foto kakek Samudi sewaktu masih muda. “Dulu waktu mudanya, kakek ganteng juga ya?” Kata sahabat Misteri itu.
Orang tua yang disebut dengan nama Samudi hanya tersenyum sambil mempersilahkan kami minum.
Hampir satu jam kami berbincang-bincang dengan kakek Samudi sekitar cerita Bukit Katerina. Dari kakek itu, kami mendapat keterangan bahwa bukit itu pernah dijadikan tempat pemujaan orang-orang Cina dengan membangun tapekong dipuncaknya, karena memang dianggap keramat dan memiliki daya magis cukup kuat.
Menurut kakek Samudi, di bawah bukit itu terdapat gua di dalam air berbentuk bangunan kuno. Tapi kakek tua ini tidak dapat menjelaskan tahun berapa gua itu mulai ada.
“Yang pasti goa itu sudah lama ada di sana!” Katanya.
“Apa kakek sudah pernah masuk ke gua itu?” Tanya Misteri.
Kakek Samudi mengerutkan keningnya yang keriput, lalu menjawab; “Saya pernah melakukan tapa brata di dalam gua itu, Nak, selama 40 hari,” ujarnya. Kakek tua yang mengaku datang dari Jawa Timur ke Sumatera Utara sebagai kuli kontrak itu, juga menceritakan bahwa pernah terjadi seorang laki-laki mati terbunuh di bukit itu. Tapi tidak diketahui siapa pembunuhnya. Laki-laki yang terbunuh dengan sangat mengenaskan. Kepalaya dipenggal hingga terpisah dari badannya.
Mendengar cerita kakek Samudi tentang orangmati terbunuh itu, Misteri teringat ketika suatu malam dibulan Suro tahun 2005, seorang penjual bandrek jatuh pingsan di samping gerobak jualannya.
Setelah sadar, dia menceritakan bahwa dia telah didatangi oleh orang yang ingin membeli bandreknya, akan tetapi alangkah terkejutnya karena di keremangan malam itu, dia hanya melihat orang itu hanya kepalanya saja tanpa badan.
Menjelang maghrib, kami baru keluar dari rumah gubuk kakek Samudi. Sebelum kami pamit, kakek tua itu berkata, “Kalau kalian mau menengok gua tadi, besok kalian bisa datang lagi supaya dapat melihat dari dekat. Tapi kalian tidak bisa masuk ke dalam gua itu tanpa saya. Karena gua itu cukup angker,” ujarnya.
Keesokan harinya, seperti yang dijanjikan kakek Samudi, kami kembali berangkat ke rumah si kakek tua. Jujur saja, kami sangat tertantang dengan pengakuannya yang katanya sanggup menunjukkan gua di bawah bukit Katerina itu.
Akan tetapi, keanehan menimpa kami. Ketika tiba di kelurahan Sei Renggas, kami seperti orang kebingungan. Bagaimana tidak? Rumah kakek Samudi yang kemarin kami kunjungi tidak ada lagi di pertapakannya.
“Mungkin kita tersesat!” Kata Adi.
“Tak mungkin! Karena jelas sekali ini rumahnya, ditandai ada tunggul pohon kelapa di depan rumahnya,” jawab Misteri.
Akhirnya kami memutuskan untuk menanyakan kepada penduduk yang tinggal tidak jauh dari tempat kami mampir kemarin. Kami semakin bingung, karena menurut penjelasan salah seorang penduduk, selama ini tidak ada rumah di kawasan itu dan tak ada seorang kakek bernama Samudi. Jadi, siapa sebenarnya kakek itu? Sungguh mengherankan!
Dengan perasan kecewa bercampur heran, kami kembali dan memutuskan untuk mencari tahu tentang keberadaan Bukit Katerina yang masih mengandung misteri. Menjelang Dzuhur, kami sudah berada di bukit itu. Biarlah tak dapat masuk ke gua kaerna kakek Samudi tidak ada, asalkan bisa mengambil gambar mulut gua itu.
Adi Sunarto sudah standby denga kameranya menjepret Bukit Katerina dari jalan Lintas Kisaran-Pematang Siantar. Lalu kami turun sedikit melihat bibir sungai Silau untuk melihat gua di bawah bukit itu.
Akan tetapi, mulut gua itu tidak dapat kami lihat dengan jelas, karena bibir gua dari seberang sungai (dari Desa Tanjung Alam). Perjalanan dari Bukit Katerina ke Desa Tanjung Alam memakan waktu sekitar 20 menit.
Di Dusun II Desa Tanjung Alam, kami bertemu dengan Hartono yang dapat menunjukkan tempat yang strategis untuk dapat mengambil foto mulut gua dibawa bukit Katerina itu, karena lebar sungai hanya sekitar 30 meter saja.
Selain mengambil foto, terjadi peristiwa yang cukup aneh. Dalam keadaan antara sadar dengan tidak, kawasan di sekeliling tempat kami berdiri seketika berubah menjadi gelap. Kemudian perasaan kami digandeng oleh seorang laki-laki misterius berjalan di atas air sungai dan dalam tempo cukup singkat, kami telah sampai di mulut gua di bawah Bukit Katerina.
Misteri dan teman tak habis pikir, mengapa kami bisa berjalan di atas air seperti layaknya berjalan di atas tanah? Setibanya di pintu gua, orang tua misterius itu membawa kami masuk ke dalam gua yang gelap dan dingin.
Lelaki tua itu segera menyalakan obor yang diambil dari dinding gua. Cahayanya menyinari ruang di dalam gua itu. Kami sangat terperanjat, ketika dari sinar obor itu kami lihat wajah lelaki tua misterius itu ternyata adalah kakek Samudi.
Tanpa berkata-kata sedikitpun, kakek Samudi membawa kami mengelilingi gua yang dingin itu. Di sudut gua, kami melihat ada dua sinar bulat berwarna kuning keemasan. Bau harum menusuk hidung. Kakek Samudi yang berjalan di depan segera duduk bersila di hadapan sinar tersebut dan tanpa diperintah, kami mengikuti gerakan kakek tua misterius itu.
Ternyata sinar tersebut adalah sepasang mata dari sosok makhluk bermahkota yang duduk di atas altar batu. Tampaknya seperti kepala seekor ular besar. Rasa takut mulai timbul menyusul bulu roma kami yang berdiri tegak.
Kakek Samudi mulai buka bicara, “Ampun Paduka, dua orang ini adalah cucu hamba yang ingin mengetahui keberadaan gua ini. Mohonlah Paduka dapat memaafkan kelancangan mereka.” Entah mengapa, kakek Samdi menyabut makhluk itu dengan panggilan paduka.
“Ya, aku tahu sejak kemarin ada orang ingin tahu tentang gua ini. Tapi maksudnya baik,” jawab makhluk itu dengan suara berat menggetarkan ruangan gua. Bahkan, kelelawar hitam yang bergelantungan didinging gua berhamburan keluar, sambil bersuara gemuruh memekakkan telinga.
“Apa yang kalian cari?” Makhluk aneh itu bertanya kepada kami.
Adi Sunarto memandangi Misteri sejenak, kemudian memandangi wajah kakek Samudi. “Ampun, Paduka! Mereka berdua tidak mencari atau menginginkan sesuatu. Cucu hamba ini hanya ingin memastikan bahwa di bawah bukit ini memang benar ada sebuah gua, jadi mereka meminta hamba untuk membawa mereka kemari,” jawab kakek Samudi.
Gua di dalam air, di bawah bukit itu terasa semakin mencekam. Udara semakin dingin menusuk sumsum.
Makhluk aneh itu kembali bersuara. “Baiklah, akan tetapi jika ingin datang lagi, kalian harus membawa sesaji satu ekor ayam jantan berbulu wulung (hitam mulus), ari-ari dari bayi laki-laki yang lahir hari Jum’at Kliwon dan bunga macan kerah.
Ayam dan ari-ari, kalian cemplungkan ke air sungai Silau dan ketika itu kalian akan sampai ke mulut gua ini. Kemudian taburkan bunga macan kerah ke pintu gua dan dayang-dayangku akan mempersilhakan kalian masuk.” Ujarnya panjang lebar.
Tak lama kemudian, sinar mata makhluk itu meredup dan padam. Gua kembali menjadi gelap. Kakek Samudi memberi hormat, lalu berdiri dan berjalan menuju mulut goa. Kami mengikutinya dari belakang.
Anehnya, kami tidak sadar kapan kakek Samudi membawa kami keluar gua dan menyeberangi sungai seperti tadi, saat kami pergi.
Yang pasti, tiba-tiba saja kami sudah berada di seberang sungai, tempat kami tadi mengambil foto mulut gua itu. Bahkan yang tak kalah aneh, kakek Samudi pun tak ada bersama kami lagi.
Dalam kebingungan, kami mengingat-ingat pesan makhluk aneh tadi. Kalau ayam jago wulung dan kembang macan kerah amat mudah kami peroleh. Akan tetap tentang ari-ari jabang bayi laki-laki yang lahir pada hari Jum’at Kliwon, disamping sangat sulit juga tidak mungkin kami bisa mencarinya.
Matahari telah condong ke barat, sebab tanda hari sudah sore. Kami pun bergegas pulang dengan membawa pengalaman spiritual yang tak mungkin bisa kami peroleh lagi di tempat lainnya. Namun, ada sedikit penyesalan, mengapa kami tidak menanyakan kepada kakek Samudi siapa atau makhluk apa yang bersemayam di dalam gua di bawah bukit itu?
Misteri juga terlupa tidak menanyakan siapa sebenarnya kakek tua misterius yang mengaku bernama Samudi itu?
Hingga kini, gua di Bukit Katerina dan kakek Samudi tetap menjadi misteri yang entah kapan dapat terungkap.
Menurut kisah yang sudah ada sejak turun-temurun, pada sekitar abad XVII, bukit Katerina adalah tempat bertempurnya panglima perang kerajaan Cina dengan Raja Maria Pane ke-7 dari Buntu Pane Asahan, bernama Datuk Daurung. Kemudian setelah bertarung adu kesaktian, tidak ada yang kalah dan menang, maka masing-masing mengeluarkan aji pamungkas, yaitu menjelma menajdi seekor ular naga dan ikan dundung. Keduanya lalu terjun ke sungai Silau. Mereka bertempur dengan mengandalkan kesaktian masing-masing. Akan tetapi, ular naga jelmaan Panglima Perang Cina dapat dipukul jatuh, tertusuk sanai (patil) dari ikan dundung jelmaan Datuk Daurung. Naga itu meraung-raung menahan sakit dan menggelepar, yang akhirnya terkulai hanyut dan terkapar di hilir sungai Silau tidak seberapa jauh dari bukit itu. Setelah ratusan tahun kemudian, menurut cerita secara turun temurun dan sudah menjadi semacam legenda di masyarakat, ular naga jelmaan Panglima Perang Cina siuman dari pingsannya yang cukup lama. Diiringi hujan lebat, petir sambung menyambung sehingga terjadilah banjir besar.
Kemudian ular naga tersebut berkisar-kisar (berenang-renang) dan menghanyutkan diri menelusuri Sungai Silau sampa sungai Asahan di kota Tanjung Balai). Selanjutnya menuju ke Selat Malaka.
Perkampungan di kawasan tempat naga berkisar tersebut akhirnya disebut dengan nama Kampung Kisaran Naga. Sekarang menjadi Kelurahan Kisaran Naga dan kota yang berada di dekat sungai Silau disebut dengan nama Kisaran, sebagai ibukota Kabupaten Asahan.
Memang, hingga saat ini tidak ada yang mengetahui secara pasti, kapan perkampungan itu mulai disebut dengan nama Kisaran Naga, demikian juga nama Kisaran.Kembali ke bukit Katerina, Tim Jelajah Misteri mendapat penjelasan dari Sukino, seorang buruh kebun Tanah Raja yang pernah menjalani rawat inap selama 14 hari di RS, Ibu Kartini pada tahun 1971.
Sukini berkisah. Saat itu, kebetulan malam Jum’at. Dia bermimpi didatangi seorang laki-laki gagah perkasa berpakaian seragam kebesaran Cina. Kemudian diajak masuk ke istana di bawah bukit Katerina.Bibir Sukino berdecak kagum karena istana tersebut sangat indah, diterangi lampu-lampu gemerlapan, dengan hiasan istana bertatahkan ratna mutu manikam.Kepada Misteri, Sukino menceritakan. Dirinya disambut cukup hormat oleh punggawa dan dayang-dayang istana. Kemudian dipersilahkan duduk di atas permadani lembut. Distu talah tersedia pula bermacam ragam makanan yang tampaknya cukup lezat dan mengundang selera makan.“Selama berada di istana gaib di bawah Bukit Katerina, rasanya saya tidak ingin pulang karena suasana di ruangan itu sangat indah dan nyaman. Apalagi didampingi wanita-wanita muda belia yang cantik rupawan,” cerita Sukirno.
Namun, ketika akan mengambil makanan yang terhidang, tiba-tiba seperti ada kekuatan gaib yang menarik tubuhnya ke luar dari istana. Di saat itulah, dia terbangun dan yang ada hanya ruangan rumah sakit yang sepi. Hanya ditemani beberapa orang pasien lain yang tertidur pulas.
Jam dinding menunjukkan 03.15 wib. Sukirno merasa bersyukur tidak sempat menyantap makanan di istana itu. “Jika tidak, mungkin saya akan terus berada di bawah bukit Katerina menjadi budak dedemit yang tidak lain adalah makhluk halus penjaga Gua Bukit itu,” tambahnya mengenang mimpi 36 tahun silam itu.
April lalu, Misteri bersama Adi Sunarto coba menelusuri lebih jauh kemisteriusan gua di bukit Katerina itu, dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana keangkerannya. Di perapatan Simpang Kartini, persisnya persimpangan jalan Lintas Sumatera menuju kota Pematang Siantar, kami berhenti makan di sebuah warung kecil. Tak lama kemudian, datang seorang lelaki tua yang kami taksir berusia hampir 80-an, singgah di warung yang sama. Bahkan kami diajak mampir ke rumahnya.
Tawaran kakek Samudi, demikian kami memanggilnya, untuk mampir, tentu tidak kami sia-siakan.
“Mungkin dari kakek tua itu kita mendapat informasi tentang misteri Bukit Katerina,” ujar Adi Sunarto.
Kakek Samudi mengendarai sepeda bututnya, sementara kami mengendarai sepeda motor menuju rumahnya.
“Bila sudah lihat rumah kecil berdinding papan, atap nipah dan di depannya ada pohon bunga kenanga, di sebelah kiri jalan, itulah rumah saya,” kata kakek Samudi sambil mengayuh sepedanya.
Sudah tentu kami melaju lebih dahulu meninggalkan kakek tua itu. Akan tetapi, kami tak habis pikir, setelah kami melihat sebuah rumah tua dan sederhana seperti dijelaskan kakek Samudi, ternyata orang tua itu sudah menunggu di depan pintu. Sepeda bututnya disandarkan di sebuah tunggul pohon kelapa di samping rumahnya.
Misteri dan Adi Sunarto hampir tidak percaya apakah yang ada di depan pintu adalah benar kakek tua itu adanya. Adi Sunarto membelokkan motornya ke rumah tua itu. Dan benar, yang sudah menanti kedatangan kami di depan pintu adalah kakek Samudi.
Misteri bertanya dalam hati, ilmu apa yang digunakan kakek tua itu hingga dapat mendahului kendaraan yang kami naiki? Sementara kami sendiri tidak melihat kapan dia mendahului kami.
“Silahkan masuk ke gubuk saya!” Ajak kakek Samudi mempersilakan.
Masih dengan rasa heran bercampur takjub, kami masuk ke rumah sangat sederhana berukuran 5x7 meter, dinding papan yang sudah lapuk, lantai tanah dan atap nipah itu
Di ruang tamu yang kecil dan sempit, ada sepasang kursi rotan yang reot, di depannya terdapat sebuah meja terbuat dari papan yang sudah mulai dimakan rayap. Kami memandangi beberap foto kusam terpajang di dinding.
Ketika kami tengah asyik melihat foto sepasang pengantin sedang duduk di pelaminan, kakek Samudi tiba-tiba berujar, “Itu gambar kami sewaktu jadi pengantin.”
Tanpa peduli pada keterkejutan kami, dia lalu duduk sambil meletakkan tiga gelas air putih. Untuk menutupi keterkejutan kami, Adi Sunarto memuji foto kakek Samudi sewaktu masih muda. “Dulu waktu mudanya, kakek ganteng juga ya?” Kata sahabat Misteri itu.
Orang tua yang disebut dengan nama Samudi hanya tersenyum sambil mempersilahkan kami minum.
Hampir satu jam kami berbincang-bincang dengan kakek Samudi sekitar cerita Bukit Katerina. Dari kakek itu, kami mendapat keterangan bahwa bukit itu pernah dijadikan tempat pemujaan orang-orang Cina dengan membangun tapekong dipuncaknya, karena memang dianggap keramat dan memiliki daya magis cukup kuat.
Menurut kakek Samudi, di bawah bukit itu terdapat gua di dalam air berbentuk bangunan kuno. Tapi kakek tua ini tidak dapat menjelaskan tahun berapa gua itu mulai ada.
“Yang pasti goa itu sudah lama ada di sana!” Katanya.
“Apa kakek sudah pernah masuk ke gua itu?” Tanya Misteri.
Kakek Samudi mengerutkan keningnya yang keriput, lalu menjawab; “Saya pernah melakukan tapa brata di dalam gua itu, Nak, selama 40 hari,” ujarnya. Kakek tua yang mengaku datang dari Jawa Timur ke Sumatera Utara sebagai kuli kontrak itu, juga menceritakan bahwa pernah terjadi seorang laki-laki mati terbunuh di bukit itu. Tapi tidak diketahui siapa pembunuhnya. Laki-laki yang terbunuh dengan sangat mengenaskan. Kepalaya dipenggal hingga terpisah dari badannya.
Mendengar cerita kakek Samudi tentang orangmati terbunuh itu, Misteri teringat ketika suatu malam dibulan Suro tahun 2005, seorang penjual bandrek jatuh pingsan di samping gerobak jualannya.
Setelah sadar, dia menceritakan bahwa dia telah didatangi oleh orang yang ingin membeli bandreknya, akan tetapi alangkah terkejutnya karena di keremangan malam itu, dia hanya melihat orang itu hanya kepalanya saja tanpa badan.
Menjelang maghrib, kami baru keluar dari rumah gubuk kakek Samudi. Sebelum kami pamit, kakek tua itu berkata, “Kalau kalian mau menengok gua tadi, besok kalian bisa datang lagi supaya dapat melihat dari dekat. Tapi kalian tidak bisa masuk ke dalam gua itu tanpa saya. Karena gua itu cukup angker,” ujarnya.
Keesokan harinya, seperti yang dijanjikan kakek Samudi, kami kembali berangkat ke rumah si kakek tua. Jujur saja, kami sangat tertantang dengan pengakuannya yang katanya sanggup menunjukkan gua di bawah bukit Katerina itu.
Akan tetapi, keanehan menimpa kami. Ketika tiba di kelurahan Sei Renggas, kami seperti orang kebingungan. Bagaimana tidak? Rumah kakek Samudi yang kemarin kami kunjungi tidak ada lagi di pertapakannya.
“Mungkin kita tersesat!” Kata Adi.
“Tak mungkin! Karena jelas sekali ini rumahnya, ditandai ada tunggul pohon kelapa di depan rumahnya,” jawab Misteri.
Akhirnya kami memutuskan untuk menanyakan kepada penduduk yang tinggal tidak jauh dari tempat kami mampir kemarin. Kami semakin bingung, karena menurut penjelasan salah seorang penduduk, selama ini tidak ada rumah di kawasan itu dan tak ada seorang kakek bernama Samudi. Jadi, siapa sebenarnya kakek itu? Sungguh mengherankan!
Dengan perasan kecewa bercampur heran, kami kembali dan memutuskan untuk mencari tahu tentang keberadaan Bukit Katerina yang masih mengandung misteri. Menjelang Dzuhur, kami sudah berada di bukit itu. Biarlah tak dapat masuk ke gua kaerna kakek Samudi tidak ada, asalkan bisa mengambil gambar mulut gua itu.
Adi Sunarto sudah standby denga kameranya menjepret Bukit Katerina dari jalan Lintas Kisaran-Pematang Siantar. Lalu kami turun sedikit melihat bibir sungai Silau untuk melihat gua di bawah bukit itu.
Akan tetapi, mulut gua itu tidak dapat kami lihat dengan jelas, karena bibir gua dari seberang sungai (dari Desa Tanjung Alam). Perjalanan dari Bukit Katerina ke Desa Tanjung Alam memakan waktu sekitar 20 menit.
Di Dusun II Desa Tanjung Alam, kami bertemu dengan Hartono yang dapat menunjukkan tempat yang strategis untuk dapat mengambil foto mulut gua dibawa bukit Katerina itu, karena lebar sungai hanya sekitar 30 meter saja.
Selain mengambil foto, terjadi peristiwa yang cukup aneh. Dalam keadaan antara sadar dengan tidak, kawasan di sekeliling tempat kami berdiri seketika berubah menjadi gelap. Kemudian perasaan kami digandeng oleh seorang laki-laki misterius berjalan di atas air sungai dan dalam tempo cukup singkat, kami telah sampai di mulut gua di bawah Bukit Katerina.
Misteri dan teman tak habis pikir, mengapa kami bisa berjalan di atas air seperti layaknya berjalan di atas tanah? Setibanya di pintu gua, orang tua misterius itu membawa kami masuk ke dalam gua yang gelap dan dingin.
Lelaki tua itu segera menyalakan obor yang diambil dari dinding gua. Cahayanya menyinari ruang di dalam gua itu. Kami sangat terperanjat, ketika dari sinar obor itu kami lihat wajah lelaki tua misterius itu ternyata adalah kakek Samudi.
Tanpa berkata-kata sedikitpun, kakek Samudi membawa kami mengelilingi gua yang dingin itu. Di sudut gua, kami melihat ada dua sinar bulat berwarna kuning keemasan. Bau harum menusuk hidung. Kakek Samudi yang berjalan di depan segera duduk bersila di hadapan sinar tersebut dan tanpa diperintah, kami mengikuti gerakan kakek tua misterius itu.
Ternyata sinar tersebut adalah sepasang mata dari sosok makhluk bermahkota yang duduk di atas altar batu. Tampaknya seperti kepala seekor ular besar. Rasa takut mulai timbul menyusul bulu roma kami yang berdiri tegak.
Kakek Samudi mulai buka bicara, “Ampun Paduka, dua orang ini adalah cucu hamba yang ingin mengetahui keberadaan gua ini. Mohonlah Paduka dapat memaafkan kelancangan mereka.” Entah mengapa, kakek Samdi menyabut makhluk itu dengan panggilan paduka.
“Ya, aku tahu sejak kemarin ada orang ingin tahu tentang gua ini. Tapi maksudnya baik,” jawab makhluk itu dengan suara berat menggetarkan ruangan gua. Bahkan, kelelawar hitam yang bergelantungan didinging gua berhamburan keluar, sambil bersuara gemuruh memekakkan telinga.
“Apa yang kalian cari?” Makhluk aneh itu bertanya kepada kami.
Adi Sunarto memandangi Misteri sejenak, kemudian memandangi wajah kakek Samudi. “Ampun, Paduka! Mereka berdua tidak mencari atau menginginkan sesuatu. Cucu hamba ini hanya ingin memastikan bahwa di bawah bukit ini memang benar ada sebuah gua, jadi mereka meminta hamba untuk membawa mereka kemari,” jawab kakek Samudi.
Gua di dalam air, di bawah bukit itu terasa semakin mencekam. Udara semakin dingin menusuk sumsum.
Makhluk aneh itu kembali bersuara. “Baiklah, akan tetapi jika ingin datang lagi, kalian harus membawa sesaji satu ekor ayam jantan berbulu wulung (hitam mulus), ari-ari dari bayi laki-laki yang lahir hari Jum’at Kliwon dan bunga macan kerah.
Ayam dan ari-ari, kalian cemplungkan ke air sungai Silau dan ketika itu kalian akan sampai ke mulut gua ini. Kemudian taburkan bunga macan kerah ke pintu gua dan dayang-dayangku akan mempersilhakan kalian masuk.” Ujarnya panjang lebar.
Tak lama kemudian, sinar mata makhluk itu meredup dan padam. Gua kembali menjadi gelap. Kakek Samudi memberi hormat, lalu berdiri dan berjalan menuju mulut goa. Kami mengikutinya dari belakang.
Anehnya, kami tidak sadar kapan kakek Samudi membawa kami keluar gua dan menyeberangi sungai seperti tadi, saat kami pergi.
Yang pasti, tiba-tiba saja kami sudah berada di seberang sungai, tempat kami tadi mengambil foto mulut gua itu. Bahkan yang tak kalah aneh, kakek Samudi pun tak ada bersama kami lagi.
Dalam kebingungan, kami mengingat-ingat pesan makhluk aneh tadi. Kalau ayam jago wulung dan kembang macan kerah amat mudah kami peroleh. Akan tetap tentang ari-ari jabang bayi laki-laki yang lahir pada hari Jum’at Kliwon, disamping sangat sulit juga tidak mungkin kami bisa mencarinya.
Matahari telah condong ke barat, sebab tanda hari sudah sore. Kami pun bergegas pulang dengan membawa pengalaman spiritual yang tak mungkin bisa kami peroleh lagi di tempat lainnya. Namun, ada sedikit penyesalan, mengapa kami tidak menanyakan kepada kakek Samudi siapa atau makhluk apa yang bersemayam di dalam gua di bawah bukit itu?
Misteri juga terlupa tidak menanyakan siapa sebenarnya kakek tua misterius yang mengaku bernama Samudi itu?
Hingga kini, gua di Bukit Katerina dan kakek Samudi tetap menjadi misteri yang entah kapan dapat terungkap.
sumber : http://bloggerasahan.blogspot.com/2009/08/misteri-gua-di-bukit-katarina-kisaran.html
Langganan:
Postingan (Atom)